Jumat, 06 Januari 2012

Cerpen Galau Dua Tahun Lalu 2

Seperti yang gue bilang sebelumnya, gue seneng nulis. Bahkan kalau bisa nantinya gue bisa jadi penulis di bandingkan "advokat", sesuai dengan ilmu yang gue pelajari di bangku kuliah saat ini. kali ini saya ingin nerbitin lagi cerpen yang gue tulis dua tahun lalu ketika saat itu gue dilanda badai "galau". cerpen ini tidak ada hubungannya sama kehidupan gue, alias fiksi.



inilah cerpen galau dua tahun lalu itu, check this out! 

Cinta supir angkot


              Daun – daun kering berguguran seakan mengerti apa yang telah terjadi kepadaku sampai aku merasa putus asa dan hilang arah. Semua ini karena aku terlalu percaya akan cinta dan lupa tentang kenyataan yang telah ditakdirkan kepadaku. Aku memang tak tahu diri karena merasa bisa menaklukkan cinta sang putri  impian dari istana khayalku. Padahal aku ini hanya seorang rendahan yang bermodal cinta dan harga diri seorang pria. Mungkin kisah cintaku ini akan jadi berbeda jika aku punya uang dan wajah yang rupawan. Karena di zaman sekarang cinta telah diperbudak oleh materi belaka.

                Semua itu berawal  beberapa minggu yang lalu. Panas terik matahari serta aroma polusi jalanan sudah menjadi makanan sehari-hari dalam menjalani profesiku ini yaitu seorang supir metro mini. Semua ini kulakukan demi membantu orang tua untuk membayar uang sekolah adik-adik ku, karena semenjak ayah telah tiada aku telah memikul tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. Aku rela tidak melanjutkan kuliah demi mereka. Bagiku mereka harta paling berharga yang ditinggalkan Ayah untuk kujaga dengan taruhan nyawaku sendiri.

                Aku baru menekuni pekerjaanku selama 3 bulan dan baru kali aku merasakan perasaan yang tidak biasa ketika bertemu dengan salah satu penumpang wanita yang menggunakan jasa angkot ku ini. Dialah sang putri impian yang sering muncul ketika ku bermimpi di heningnya malam. Namanya Cinta, ya anak orang kaya yang naik diatas angkot yang ku kendarai karena mobilnya yang kelihatannya lumayan mahal tiba-tiba mogok tepat di tempat saya dan teman supir lainnya menunggu penumpang. Siapa sangka ia akan naik diangkotku dan duduk di jok depan tepat disampingku. Sungguh betapa terpesonanya diriku ini ketika kulihat dia pertama kali. Wajahnya yang tidak kalah dengan artis sinetron ibu kota serta dandanannya yang menandakan ia berbeda dengan penumpang lainnya terpampang jelas di depan mataku. Selama diperjalanan tak hentinya aku tuk curi-curi pandang terhadapnya,kadang kedua mata kami saling menatap tapi aku langsung mengalihkan perhatian karena malu. Mungkin wanita itu sudah liat ekspresi wajah ku yang lagi merah karena malu. Ternyata Cinta merupakan salah satu mahasiswa jurusan kedokteran Universitas Nusa Bangsa.

                Setiap hari kutunggu dia di saat pagi dan di jam pulang kuliah tapi ternyata sia sia karena mungkin ia lebih senang untuk mengendarai mobil mewahnya dibandingkan naik angkot. Beberapa hari ini hatiku merasa gunda karena tidak dapat melihat wajah Cinta yang bercahaya layaknya sinar rembulan. sudahlah, pertemuanku dengan Cinta mungkin karena suatu kebetulan.

                  Yang kini harus aku pikirkan ialah bagaimana cara menghilangkan bayang-bayang dirinya yang selalu hinggap di dalam pikiranku . sungguh tidak bisa. Sepertinya aku harus kembali ke kampus Cinta tidak peduli apakah iya peduli atau tidak akan kehadiranku. Tidak seperti yang kubayangkan pertemuanku disertai dengan insiden. Aku bertemu dengan cinta ketika ia di cegat oleh para rampok yang sering melakukan tindakan kriminalnya di sekitar kampus Cinta. Tanpa berpikir panjang aku langsung turun dari angkot dan menolongnya dari para rampok itu. Sebenarnya aku tidak pandai dalam bela diri karena aku bukan seorang yang suka kekerasan apalagi harus menghadapi tiga rampok sekaligus, aku pasrah saja tentang apa yang akan terjadi nanti yang penting aku bisa menunjukkan kepada cinta bahwa aku peduli padanya dan rela berkorban demi dia. Cinta yang berada di dalam mobilnya sambil menangis melihatku bertarung melawan para rampok yang menghadangnya, semoga saja ia ingat aku. Ketika melawan rampok itu salah satu dari mereka membawa pisau yang iya taruh dibalik pakainnya yang using. Aku pun tertusuk pisau oleh salah satu perampok itu. Aku langsung terjatuh sambil kesakitan di jalan yang sepi itu dan sebelum pingsan aku sempat melihat rampok itu lari seakan tidak punya rasa bersalah telah menikam seseorang. Setelah itu akupun tidak tahu apa yang terjadi pada diriku dan Cinta.

                Mungkin aku sudah berada di surga. Ketika tersadar sekilas aku melihat malaikat ada didepanku. Ternyata itu Cinta, setelah kejadian tadi dia membawaku langsung kerumah sakit untuk diobati. Rasa sakit akibat tertusuk pisau para perampok itu masih terasa, sangat sakit. Akhirnya aku sudah sadar sepenuhnya terlihat Cinta bersama seorang lelaki duduk disampingku ketika menunggu aku siuman. Aku masih penasaran tentang keberadaan lelaki itu sampai ia memperkenalkan dirinya. Laki-laki itu bernama Doni dia adalah tunangan Cinta yang akan ia nikahi setelah Cinta menyelesaikan kuliahnya. Doni berterimakasih kepadaku karena aku telah menyelamatkan tunangannya yang sangat ia cintai itu terlihat ketika ia menggenggam tangan Cinta. Ketika ku tahu bahwa mereka berdua telah bertunangan hatiku terasa sakit bahkan lebih sakit dari pada luka tusukan yang diberikan oleh para perampok itu.

                Lima hari di dalam kamar kecil dimana disekelilingku hanya terlihat alat medis membuatku tidak betah maka itu kuputuskan untuk pulang. Bagiku rumah adalah tempat terbaik untuk istirahat. Diperjalalanan pulang aku hanya bisa berharap kejadian ini tidak terulang kembali. Mungkin lebih baik aku ganti profesi sebagai pilot biar bisa ditemanani banyak wanita cantik.


selesai

0 komentar:

Posting Komentar